Jumat, 23 Desember 2011

Aku kembali



“Yak ! apa-apaan ini !!!” teriakku sambil mendorong tubuhnya yang besar karena dia tiba-tiba memelukku didepan umum. “Hehehehe, maaf. I miss you so much sist...” jawabnya sambil memamerkan deretan giginya yang rapi.
              “Semua mata memandang kami, mungkin mereka heran kenapa seorang Jimmy  bisa mengenal ku, Jimmy seorang aktor sekaligus penyanyi solo pria yang sedang naik daun saat ini bisa mengenal dan bahkan memelukku di depan umum, oh God ! kalau setelah ini para fans gila Jimmy ini menyerangku bagaimana ? bagaimana kalau nanti saat aku pulang tiba-tiba ada sekelompok gadis-gadis gila yang menodongku dengan pisau ?! bagaimana kalau saat aku sampai rumah ternyata aku mendapat kenyataan kalau rumah ku sudah habis dibakar oleh fans Jimmy ? lalu ketika aku sekolah tiba-tiba di dalam lokerku sudah ada tempelan kertas merah seperti di film-film ?! dan bagaimana kalau...” “hey ! are you okeee ?!” panggil Jimmy membuyarkan lamunanku. “ah iya, iya engga kenapa napa ko” jawabku cepat. “Tidak tidak boleh begini aku harus cepat-cepat pergi dari sini, sebelum para fans disini salah paham dan menyerangku, dasar Jimmy bodoh dari dulu selalu saja membuatku syok” gumamku dalam hati. Tanpa disadari aku melangkahkan kaki ku dari keramaian ini dan meninggalkan Jimmy, Jimmy hanya menatapku bingung dan sedetik kemudian tersenyum. “Bodoh”gumamnya kecil.
              Aku terduduk di bawah pohon dan menyandarkannya dibatang pohon beringin,aku menatap langit lekat-lekat dan entah apa yang sedang aku pikirkan saat ini hingga ada seseorang yang duduk disebelahku. “kenapa menghindar ?” tanyanya tiba-tiba “bukankah kamu sangat merindukannya ?sambil menyodorkan minuman kaleng pada ku “sok tahu !!! siapa yang merindukannya” jawabku ketus sambil mengabil kasar kaleng minuman di tangannya. “ayolaaah, jangan bohongi dirimu sendiri bahkan sekarang aku bisa melihat di bola matamu ada Jimmy, baik baik kalau kamu tetap keras kepala membohongi diri sendiri tetap menyangkal kalau kamu tidak ada perasaan apa-apa pada jimmy itu semua terserah kamu yang bisa tahu sebenarnya hanya ini”sambil menunjuk nunjuk dada. “tapi aku tidak pantas untuk menyukainya bahkan hanya sebagai fans!” jawabku sambil terisak dan tanpa disadari butir-butir air mata sudah membasahi pipiku. “aku bukan siapa-siapa dan bahkan aku yakin aku tidak bisa jadi apa-apa di kemudian hari, aku hanya bisa menjadi beban.sejak dulu hingga sekarang aku tetap seperti ini, aku tidak mau menjadi beban bagi Jimmy” jelasku sambil terus terisak “sudahlah,itu semua hanya anggapanmu saja lagipula memangnya Jimmy menganggapmu beban ?kamu sudah tanya ke Jimmy kalau kamu itu beban baginya ?” tanya Deny sambil menyodorkan sapu tangannya padaku. “ayo aku antarkan pulang, lihat sudah gelap sekarang” ajak Deny sambil memapah tubuhku hingga masuk ke mobilnya. Di perjalanan aku hanya diam dan menatap kosong jalan didepanku lalu kurogoh tas kecilku untuk mencari handphone setelah kuraih dan yang kudapati handphoneku dalam keadaan mati karena tanpa kusadari baterainya habis. “sial” gumamku kecil “kenapa ? kamu mau menghubungi seseorang?ini pakai punyaku saja.” Tawar Deny sambil memberikan handphonenya pada ku. “ah tidak aku hanya ingin mengecek saja siapa tahu ada yang menghubungi, hehehe.eh tahunya mati” jelasku pada Deny. “oh, okeee kita sudah sampai sekarang” “sudah sampai ? ya ampun aku tidak sadar kalau sekarang aku sudah sampai depan rumahku sendiri”kataku dalam hati sambil melihat sekelilingku. Sebelum aku turun dari mobilnya tak lupa aku ucapkan terima-kasih pada Deny yang telah merepotkannya karena telah mengantarku pulang. “Iya sama-sama, cepat masuk sana lalu jangan lupa kunci pintu rumahmu rapat-rapat, jangan sembarangan membukakan pintu kalau ada apa-apa langsung hubungi aku saja,okeeee !” jelasnya panjang lebar tanpa memberiku kesempatan untuk berbicara maka aku hanya tertawa kecil sambil menganggukan kepala saat dia cerewet padaku tadi. “Aaaah , aku harus cepat-cepat masuk kedalam, udara malam ini sangat dingin sekali”gumamku dalam hati sambil merapatkan sweterku.
             
Jimmy POV
“Apa-apaan ini, kenapa Jesi diantar Deny !” gerutukku saat aku melihat Jesi turun dari mobil Deny, “kenapa mereka bisa berdua dan sepertinya Jesi terlihat gembira, pantas saja dari tadi aku hubungi tidak bisa-bisa ternyata mereka berdua sedang pacaran! Pacaran ?! tidak, tidak, tidak mungkin Jesi pacaran dengan Deny, tapi kalau benar Jesi pacaran dengan Deny bagaimana ?!!! oke Jimmy kamu harus tenang , tidak mungkin Jesi pacaran dengan Deny, Deny itu bukan tipe Jesi, mungkin saja tadi saat diperjalanan tanpa sengaja Jesi bertemu Deny lalu karena sudah larut juga tidak mungkin Deny membiarkan Jesi pulang sendiri makanya mereka bisa pulang bersama tapi kenapa raut wajah Jesi terlihat senang ? masa cuma gara-gara diantarkan pulang bisa sesenang itu ?aaah aku bisa gila kalau terus memikirkan hal ini, lebih baik aku tanyakan langsung saja pada Jesi” Akhirnya Jimmy memutuskan untuk masuk ke rumah Jesi.
Deny POV
Sambil mengemudikan mobilnya Deny terus saja memikirkan Jesi. “Benar dugaanku selama ini, Jesi selama ini menyukai Jimmy. Seharusnya aku pura-pura tidak tahu didepan Jesi tadi tapi aku tidak sanggup melihat Jesi sedih. Aku tahu hari ini jimmy akan kembali tapi aku tidak menyangka akan bertemu ditempat yang sama, padahal aku sudah berusaha menghindarkan Jesi agar tidak bertemu Jimmy tapi apa yang kudapati ? ketika aku akan mengutarakan perasaanku pada Jesi, tiba-tiba Jimmy muncul dan menghampiri Jesi dan memeluknya di depan umum, apa ini yang disebut takdir ?sejauh apapun menghindarinya tapi tetap saja bertemu” gumamku dalam hati. “tidak tidak takdir bisa diubah” tanpa sadar aku mendadak memutar balikkan mobilku dengan cepat, kembali ke rumah Jesi, untung saja jalan sudah sepi jadi aku bisa leluasa mengendarai mobilku.

Jesi POV.
Aku baru ingat, selama seminggu kedepan aku sendiri dirumah, ayah dan ibu sedang merawat nenekku yang sakit dan adikku sedang mengikuti study tur. Klik. Aku menyalakan lampu di ruang tengah dan sedikit merapihkan majalah-majalah yang berantakan disana, setelah itu aku merebahkan diri di sofa. “Jimmy, kenapa kamu tiba-tiba muncul dan tiba-tiba memelukku di depan umum ?”gumamku tiba-tiba “ah iya ! handphone !” teriakku sambil bangkit dari sofa dan langsung menuju kamar untuk meng-charnger baterai yang telah low. “oh iya, tadi Deny ada perlu apa ya menyuruhku datang ke cafe itu ? eh nomor siapa ini banyak sekali menghubungiku ?” “Ting Tong...” aku terkejut saat bel di rumah ada yang membunyikannya “siapa yang bertamu malam-malam begini?” sambil melihat jam di hp dan menekan tombol call untuk menghubungi nomor yang telah menghubungiku, ketika aku buka pintu terdengar sura yang jelas dan berkata “Hallo”

Jimmy POV
Akhirnya aku beranikan diri untu menekan tombol bel di samping pintu rumahnya, kemudian aku mendengar bunyi ringtone di hp ku, sebelumnya aku tidak melihat ke layar hp siapa yang menelfonku namun ketika aku berkata “Hallo” pintu rumah Jesi terbuka dan aku melihat ekspresi mukanya yang terkejut dan handphone yang menggantung di telinganya. Tapi anehnya tiba-tiba dia menutup kembali pintu yang telah dibukanya, dengan refleks aku menahan pintu agar tidak menutup lagi dengan tubuhku dan aku pun berteriak “apa-apaan ini !!! cepat buka kembali pintunya” perintahku padanya di telpon. Aku tidak habis pikir, apa yang merasuki Jesi kenapa selalu terkejut bila bertemu aku.Gedubraaaak.... tiba-tiba aku merasa terhempas ke lantai, benar saja bahkan sekarang aku telah tersungkur di lantai “Jesi ! kenapa kamu begitu ceroboh, hah ?!” bentakku kesal karena Jesi tiba-tiba melepaskan pintunya dan aku belum seimbang saat itu. “ma.....maaf...” jawabnya sambil terbata-bata. “sebenarnya aku tidak tega saat melihat raut wajahnya yang merasa bersalah tapi akan kukerjai dia”kataku dalam hati “cepat bantu aku berdiri, aku ini seorang bintang terkenal dan kamu mencelakakan aku seperti ini, lihat saja sampai fans ku dan media tahu kalau aku diperlakukan buruk seperti ini kamu, Jesi tidak akan selamat”ancamku pada Jesi yang sedang memapahan ku berdiri. “siapa suruh mengagetkanku !”jawab Jesi tak mau kalah. Aku melihat sekeliling ruangan ini, tidak ada yang berubah sama seperti setahun yang lalu ketika terakhir aku datang. “aku ke dapur dulu” pamit Jesi padaku.

Jesi POV
“Kenapa kenapa aku berdebar-debar begini, kaki ku terasa lemas”,gumamku dalam hati sambil  memegang kursi untuk menopang tubuhku yang mungkin sebentar lagi akan ambruk. “apa ini ?”tanyaku dalam diam, “kenapa tiba-tiba aku merasa hangat dan tangan siapa ini” “biarkan 5 menit aku memelukmu” tanpa kusadari Jimmy sudah memelukku dari belakang, aku tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti perintahnya.5 menit itu kami hanya diam dan Jimmy terus memelukku, setelah 5 menit Jimmy melepaskan pelukannya dan membalikan tubuhku agar kami saling berhadapan, aku tidak berani menatap wajahnya aku hanya menunduk hingga Jimmy mengangkat wajahku hingga aku bisa melihat wajahnya, “apa yang akan dia lakukan padaku sekarang”tanyaku dalam hati “kenapa Jimmy memandangku seperti ini, aku tidak suka dia menatapku seperti ini” sedetik kemudian aku merasakan kening ku dikecup dan kini seluruh tubuhku juga menjadi hangat “ba ba baru saja Jimmy mencium keningku dan kini aku berada di dakapannya” “jangan menghindariku lagi” bisik Jimmy padaku.Ingin rasanya aku memberhentikan waktu dan terus seperti ini.
Deny POV
Aku melajukan mobilku kembali ke rumah Jesi, ketika aku sudah di depan rumahnya kulihat sudah ada Jimmy disana, “sedang apa dia ?”gumamku dalam hati , “kenapa Jesi membantunya berdiri?” Aku turun dari mobil dan berjalan masuk ke rumah Jesi, “sepertinya mereka berdua tidak menyadari keberadaanku,hmm tidak apalah dengan begini aku bisa melihat apa yang mereka lakukan berdua” lama aku memperhatikan mereka dari jendela dan akupun kembali ke dalam mobil “sudah, sudah berakhir semuanya Deny, sampai kapanpun kamu tidak bisa mendapatkan Jesi”
Satu tahun yang lalu...
“Lihat lihat ini lihat !” pamer Jimmy pada ku ketika istirahat “Apa?” jawabku agak malas “hey, jangan gitu dong”sambil memasang wajah yang cemberut. Aku langsung merebut paksa kertas yang sedang dipegang Jimmy dan kulihat tulisannya SELAMAT ANDA LULUS, “kertas apa ini ?” tanya ku bingung pada Jimmy, “kertas hasil audisi.hehehe. kemarin pengumumannya jadi Jes, kamu harus bangga soalnya kamu orang pertama yang aku beritahu” ucapnya bangga sambil mengacak-acak rambutku. “Aku hanya bisa terenyum kecil sambil memandang kertas hasil audisi, kenapa tiba-tiba aku merasa sedih ? seperti akan ditinggalkan”gumamku dalam hati. Benar saja dugaanku, baru saja aku dari ruang guru dan aku mendengar bahwa Jimmy akan meninggalkan sekolah ini karena akan mengikuti trainee sebelum debutnya sebagai penyanyi, bagai tersambar petir aku berlari dan menabrak segala yang ada didepanku.
“Yakin, kamu akan meninggalkan sekolah mu dan Jesi ?” tanya Deny ragu. “Sudah aku putuskan, ini semua impianku aku tidak mungkin melepaskannya” ucap Jimmy yakin “hmm, baiklah. Tapi jangan salahkan aku kalau Jesi akan jadi milikku”ucap Deny tiba-tiba “terserah saja kalau bisa tapi aku yakin Jesi akan selalu memilihku”tantang Jimmy tak mau kalah.
Hari ini Jimmy berangkat untuk menjalani trainee, semalam Jimmy datang kerumah untuk berpamitan dan memintaku untuk pergi mengantarnya tapi sekarang aku masih berselimut di tempat tidur, mungkin satu atau dua tahun lagi aku baru bisa bertemu lagi dengannya, tapi apa maksudnya semalam dia menyuruhku untuk menunggunya ? dia pikir dia siapa, sambil ku tarik selimut dan menutupi hingga kepalaku.

Sehari sebelum bertemu Jimmy
“mana Deny?” gumamku dalam hati. Hari ini aku dan Deny akan jalan-jalan semalam dia menghubungiku dan menyuruhku datang ke gedung teater, tapi sudah hampir satu jam Deny tidak muncul-muncul dan yang kulihat hanya segerombolan gadis seusiaku sambil membawa poster, spanduk dan semua atribut pendukung lainnya, aku mencoba menghubungi Deny untuk menanyakan keberadaannya namun ketika aku melihat ke arah depan, aku melihat ada seseorang yang datang ke arahku sambil tersenyum, Deny kah ? hmm sepertinya bukan tapi tidak tidak mungkin tidak mungkin itu...
Dan sedetik kemudian........

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright 2009 cheers up !