Senin, 26 Desember 2011

this time for you

Angin berhembus kencang sore ini dan aku masih duduk dibawah pohon di taman rumah sakit, pandangan ku kosong mengingat pembicaraan yang tak sengaja kudengar dari balik pintu kamarku tadi. Umurku tinggal sebulan lagi dan setelah itu aku akan pergi selamanya meninggalkan dunia ini, meninggalkan keluargaku, teman-temanku dan semua yang kukenal didunia ini. Tanpa terasa air mata ini jatuh dan aku menangis .
3 jam aku berada ditaman rumah sakit ini, aku akan kembali ke kamar dan melupakan kejadian tadi aku akan berpura-pura tidak tahu apa-apa dan kembali seperti aku sebelum ke taman ini. Sangat mudah orang membedakan pasien dengan pengunjung dengan seragam pasien seperti yang aku kenakan sekarang, mereka memandangiku dengan heran mengapa pasien sepertiku bisa leluasa menjelajahi setiap sudut dari rumah sakit ini bukan beristirahat saja didalam kamar. Sudah setengah tahun ini aku tinggal dirumah sakit menempati kamar nomor 310, rumah sakit ini sekarang adalah rumah kedua dalam hidupku, ketika aku bosan aku akan keluar kamar dan menjelajahi setiap sudut rumah sakit ini dan taman yang berada di belakang adalah tempat pelarianku ketika sedih. Di lantai satu dibelakang ruang forensik adalah kamar mayat, suatu saat nanti aku akan masuk kedalam sana keruang yang dingin dan lembab itu sebelum aku dijemput pulang oleh keluargaku.
Aku kembali kekamar dan duduk diatas tempat tidur, sekarang sudah jam 19.05 seharusnya satu jam yang lalu aku sudah minum obat dan sekarang kepalaku terasa pening dan berat. Biarpun terlambat aku harus meminumnya dengan begitu aku akan bisa bertahan. Sambil menyalakan tv aku sandarankan badan ku ada penyagga tempat tidur yang berada di belakang kepalaku namun tiba-tiba cairan berwarna merah turun dari lubang hidungku, “mimisan” seru ku dalam hati. Ku raih tissue yang berada di sampingku dan kubersihkan darah yang mengalir segar itu dengan hati-hati. Akhir-akhir ini aku sering sekali mimisan, mungkin karena kecapean atau bahkan kanker darah yang aku idap ini mulai menggerogoti setiap sel dan jaringan dalan tubuhku. Hari makin larut tapi kantuk tak kunjung datang juga besok aku harus menjalani tes darah lagi, sampai kapan aku harus berada di rumah sakit ini ? toh pada akhirnya umurku hanya sebulan lagi ini sama saja dengan pemborosan uang, ya walaupun orang tuaku sangat kaya raya dan sangat mampu untuk membayar seluruh fasilitas dalam rumah sakit ini tetapi tetap saja ini tidak bisa mengubah takdirku.
“Selamat pagi” sapa suster Siska pagi ini, sama seperti pagi sebelumnya suster Siska selalu rutin mengunjungiku setiap pagi tak lupa dengan pulpen,lembaran-lembaran file yang berisi data kesehatanku dan temometer untuk menecek suhu tubuhku setiap bangun tidur. “Apa tidur mu nyenyak ? wah kenapa suhu tubuhmu lebih tinggi dari kemarin ?” tanya suster Siska sambil membaca angka-angka yang tertera di termometer. “entahlah” jawabku singkat. “hmm, baiklah kalau begitu jam 9 nanti aku akan kembali dan mengantarmu untuk memeriksakan darah mu, oh iya satu lagi jangan sampai telat minum obat kalau tidak mau mimisan lagi” pamit susuter Siska sambil menunjuk tumpuka-tumpukan tissue disudut tempat tidurku. Sepeninggalan suster Siska, aku kembali sendiri dan memandang kosong ke taman diluar kamarku. Selesai menjalani pemeriksaan darah aku diantar suster Siska untuk kembali ke kamar saat perjalanan kembali ke kamar dari kaca besar yang membatasi bagian dalam rumah sakit dan tempat parkir aku melihat dan mendengar keriuhan beberapa orang sedang asik bermain. “dasar bocah-bocah itu sudah dilarang untuk tidak bermain disini tapi tetap saja membandel” omel suster Siska sambil mendorong kursi rodaku menjauhi keriuhan itu. Tetapi ada yang menarik dari pemandangaku barusan salah satu anak yang bermain tadi ada yang mengenakan seragam pasien sepertiku dan dia sangat riang bermain. “suster, antar aku ketaman saja aku ingin menghirup udara segar” pintaku pada suster Siska, “apa kamu tidak lelah setelah pemeriksaan tadi” tanya suster siska bimbang, “tidak, aku tidak apa-apa ko, lagipula aku sangat bosan bila terus berada di kamar” bujuk ku padanya “baiklah kalau begitu, tapi sebelum matahari terik kamu harus kembali ke kamar ya” nasehatnya sambil memutar balik kursi rodaku menuju taman rumah sakit ini.
“Aaaaaargh” pekikku setengah berteriak karena tiba-tiba ada bola yang menabrak kursi rodaku, “ma...maaf , maaf sudah membuatmu terkejut dan apakah kamu baik-baik saja ?”tanya seseorang yang memungut bola itu, “iya,aku tidak apa-apa hanya terkejut saja” jawabku sambil memandang ke arahnya. Sekarang yang ada dihadapanku adalah orang yang kulihat tadi bersama suster siska, seorang pasien yang sama sepertiku mengenakan seragam ini dan asik bermain bola, sangat tampan gumamku dalam hati apa benar dia sakit? Tapi tampaknya dia baik-baik saja rona wajahnyapun seperti orang sehat tetapi mengapa dia ada disini? Banyak sekali gumaman dikepalaku tentang orang ini sampai dia sendiri membuyarkan lamunanku “aku Diky” sambil mengulurkan tangannya, belum aku mengulurkan tangan dia sudah menarik tanganku untuk menyambut uluran tangannya. “nugu ya ?” tanyanya padaku, apa ini ? ini seperti dalam drama drama korea yang suka aku tonton untuk menghabiskan waktu “Nisa” jawab ku singkat “aaah, kamu mengerti apa yang aku tanyakan barusan” jawabnya senang karena aku mengerti dengan apa yang dia bicarakan, tentu saja aku mengerti sedikit sedikit aku mengerti percakapan korea jawabku bangga dalam hati. “Apa ini tempat untukmu menghabiskan banyak waktu ?sepertinya aku sering melihatmu datang kesini” tanya Diky tanpa memperhatikan ku “Iya, karena tempat ini sangat tenang dan nyaman”, “ Apa kamu sudah lama berada dirumah sakit ini?karena aku perhatikan kamu sangat hafal dengan setiap sudut ruangan rumah sakit ini dan suster,dokter,dan seluruh pegawai dirumah sakit ini sepertinya mengenalmu?” ucap Diky lagi. Ya tentu saja aku sangat hafal dan seluruh penghuni rumah sakitpun sudah mengenalku karena sudah satu setengah tahun aku berada disini dan sebelum aku dirawat disini aku sudah sering bolak balik ke tempat ini, “begitulah” jawabku singkat. Aku akan kembali kekamar sekarang, orang ini membuatku tidak nyaman dan sudah saatnya aku minum obat, aku memutarkan kursi rodaku membelakangi arahnya dan bergerak menuju kamar “sudah mau kembalinya? Ayo lain kali kita mengobrol lagi” ucapnya setengah berteriak saat menyadari aku mulai menjauhinya. Ketika aku memasuki kamar, diatas meja samping tempat tidurku ada seikat mawar putih yang dirangkai dengan indah, dari siapa ini?tidak biasanya ada bunga dikamarku saat diperhatikan ternyata ada kartu ucapan yang disisipkan.

To          : Andinisa
From      :Dad & Mom
              Happy Birthday honey, keep your health ok !
              I LOVE YOU

“Apa ini, mereka hanya mengirimkan bunga dan kartu tanpa menjengukku, apa urusan bisnis mereka lebih penting daripada anaknya sendiri? Tapi baguslah mereka masih ingat ulang-tahunku walaupun itu sudah telat seminggu” gumamku dalam hati.
“ Wah, ruangan ini sangat besar dan luas bebeda sekali dengan kamar yang aku tempati” tiba-tiba ada seseorang yang tanpa permisi masuk kedalam ruanganku dan saat melihatku dia hanya tersenyum memamerkan deretan giginya yang rapih. “Kalau kamarku sebesar ini aku sih tidak akan bosan dan aku tidak perlu kepanasan bermain bola ditempat parkir itu, sinar mataharinya bisa merusak kulitku, eh apa itu ? wah cantik sekali bunganya ! hey, kenapa kamu biarkan begitu saja bunga itu, bisa cepat layu loh bunganya !” “apa yang ada di otaknya sih, baru 15 menit yang lalu kami berkenalan tapi laganya seperti teman lama, masuk ke kamar orang tanpa permisi dan sekarang dia berani memarahiku karena bunga itu ?! orang macam apa sih !” omelku dalam hati dan sekarang aku melihat dia membawa vas yang berisi air dan meletakan bunga mawar putih dalam vas itu. “Lihat lihat lebih segar kan bunganya !!! eh tunggu ada yang jatuh, kartu ? kartu apa ini ?” tanyanya sambil memandang kartu ucapan dari orangtuaku. Terlambat ! dia membacanya sebelum aku merebut kartu itu dari tangannya dan sekarang raut wajanya berubah seperti orang yang sedang berfikir. “Baiklah kalau begitu aku permisi dulu, aku bosan disini dan kamu pun tidak berbicara sepatah kata pun padaku” pamitnya sambil meninggalkan kamarku. “Dia fikir dia jalangkung datang dan pergi seenaknya !!! dia fikir kamarku ini tempat bermain baginya !” omel ku setengah berteriak “ini benar-benar tidak masuk akal !”
              “Hei ayo bangun ! sampai kapan kamu akan tidur ?” aku merasakan seseorang menggoyang-goyangkan tubuhku dan menyuruhku untuk segera bangun, ah sepertinya aku tertidur karena omelan-omelan tadi siang dan kenapa suara orang itu lagi yng berdengung di telinga ku ? karena aku ingin segera menghilangkan suara menyebalkan itu dan ingin segera tahu siapa yang mengganggu tidurku maka dengan perlahan aku membuka mata dan aku sangat terkejut karena sekarang didepan wajahku ada orang menyebalkan itu, Diky. “Mau apa kamu datang lagi!!!” bentakku padanya tapi seperti tadi siang dia hanya tersenyum memamerkan deretan giginya yang rapih dan tanpa permisi juga dia menarikku untuk mengikuti langkah kakinya. “HAPPY BIRTHDAY !!! HAPPY BIRTHDAY.... SAENGIL CHUKHA HAMNIDA ... SAENGIL CHUKHA HAMNIDA !!!” apa ini ? aku sangat terkejut dan sangat terharu kini didepanku banyak letusan kembang api yang sangat menawan dan juga ada dokter Andri, Suster Siska dan pegawai-pegawai rumah sakit lainnya juga disebelahku ada Diky mereka merayakan pesta kejutan untuk ulang tahun ku ini sungguh tidak masuk akal, siapa yang merencanakan semua ini ?! aku benar-benar terkejut dan terharu hingga aku tidak bisa mengatakan apapun lagi dan tanpa terasa dipelupuk mataku sudah terpenuhi oleh air mata. Mereka semua menyanyikan lagu selamat ulang tahun untukku, berdoa untuk kesembuhanku,ini adalah malah terindah untukku. Selain itu aku tahu bahwa semua ini yang merencanakan adalah Diky, Suster Siska yang membisikanku.
              Hari demi hari dan minggu pun telah berlalu, aku dan Diky menjadi sahabat baik, kami banyak menghabiskan waktu bersama dan aku merasakan tubuhku,hatiku dan pikiranku lebih sehat.Aku sudah terbiasa dengan sifat Diky yang seenaknya itu dan kadang aku merasa sepi bila tidak ada Diky. Seperti sekarang, semenjak Diky sudah diperbolehkan keluar dari rumah sakit dan pulang kerumahnya Diky tidak bisa berlama-lama juga sesering dulu menemaniku walaupun setiap hari dia berkunjung menengokku. Akhir-akhir ini kondisi tubuhku melemah, darah dari hidungpun lebih sering keluar tapi aku merahasiakan hal ini dari Diky dan bila aku batuk darahpun ikut keluar, apakah ini sudah pertanda bahwa aku akan mendekati ajalku ? sebelum aku meninngalkan dunia ini aku ingin melakukan sesuatu dan pergi kesuatu tempat aku ingin dan sangat ingin melakukannya walaupun aku tahu resikonya. Benar dugaanku, Diky luluh dengan permintaanku walaupun aku tahu dia terpaksa mengabulkan permintaanku, Diky mengantarku kepuncak sebuah gunung, diatas gunung itu terdapat danau yang sangat indah, dulu aku dan orangtuaku sering berkunjung kesini sebelum mereka sibuk tentunya.Di tempat ini aku merasa sangat tenang, lalu aku mengajak Diky terus berjalan hingga sampai dipadang ilalang, aku berlari menembus padang ilalang itu dan aku berteriak pada Diky agar mengikutiku masuk menembus padang ilalang.Aku terus berlari tanpa memperdulikan teriakan khawatir Diky terhadapku. Kepalaku pening dan aku merasa aku tidak kuat untuk menahan tubuhku sendiri dan aku tertidur dipadang ilalang ini.
              “Bagaimana ini dok, denyut nadinya sangat lemah. Bibirnya sudah membiru dan.. dan lihat ini tubuhnya mulai membeku, apa yang harus kita lakukan dokter ?!” aku mendengar suara dokter dokter yang menanganiku selama ini panik dan aku pun mencium wangi khas ruang operasi namun aku tidak mampu untuk bangun dan membuka mataku selain itu aku dapat dengan jelas mendengar suara raungan tangis suara Diky yang ditenangkan oleh Suster Siska dan bila tidak salah dengar aku mendengar tangisan kedua orang tua, Mom dad kalian datang, aku sangat merindukan kalian kenapa kalian baru datang, terima kasih semua maaf bila selama ini aku merepotkan kalian,Diky aku harap kamu baik-baik saja tanpa ada aku disini, terima-kasih telah mengajariku melihat indahnya dunia ini. “ Sudah tidak ada harapan, catat waktu kematiannya dan beritahukan pada keluarganya”.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright 2009 cheers up !